Minggu, 22 November 2015

Budi Hartono



Kesan pertama begitu Cool….selanjutnya terserah anda….Itulah Diediek, lajang (saat tulisan ini dibuat…entah keadaan sebenarnya) yang lahir tanggal 7 Agustus ’71 ini. Kalau boleh jujur, sebenarnya jauh dari kesan tersebut. Lha waktu tulisan ini akan dibuat, beliau ini menyuap penulis dengan ayam goreng yang lumayan enak di stasiun Gambir, sambil berbisik ‘awas kalau aku tidak ditulis cool!!!!’. Apa daya…Sebenarnya penulis punya nurani yang tidak bisa dibohongi, tapi demi sepotong ayam goreng, bolehlah…
     Budi Hartono. Begitu nama aslinya. Cowok yang dilahirkan dengan gambar singa, sebetulnya  berperasaan yang sangat halus. Dia mudah berkaca-kaca, menghadapi semua kasus yang dia hadapi. Saat kuliah, saat asistensi dosen, saat presentasi, apalagi saat pernikahan kakaknya dia selalu berkaca-kaca. Tapi kalau ditelusuri dari silsilah keluarganya….tidak salah lagi!!! Dia berasal dari keluarga yang mudah terharu.

     Bicara mengenai keluarga, ada point yang menarik bagi kalangan cewek. Karena tokoh kita satu ini sangat mudah dipengaruhi keluarganya, maka layak dipertimbangkan….Banyak event-event penting bagi kawula muda pada umumnya, apalagi yang beraroma foya-foya, sering dia tolak dengan alasan keluarga (kadang ngantar keponakannya ke sekolah atau menjemput pembantunya de es te). Jadi wajar seandainya foya-foya ala kaum dhuafa macam nonton, atau makan di kota, atau sekedar perayaan kecil menghilangkan sumpek, sering tanpa kehadirannya. Tapi sebenarnya nuansa yang terbentuk…..’ngga ngefek!!!!

     Bukti lain dia sangat dipengaruhi keluarganya, berupa tempat tinggal. Saat awal kuliah dulu, dia mencoba mandiri dengan kost di Jl MT Haryono. Tapi itu dalam hitungan hari. Setelah pikir kanan-kiri, ‘ngga kuat deh untuk jauh dari rumah, kangen pembantunya….Akibatnya dia kenal sopir-sopir angkot ADL. Tidak mustahil lagi kalau pas duit recehnya kurang, maka dia akan turun angkot di depan Pasca Sarjana, bayar ke sopir trus lari sekencang-kencangnya………takut ditarik lagi….


Tapi saat akhir masa kuliahnya, manakala hasrat untuk mandiri datang kembali dan tak terbendung lagi, nekadlah dia untuk nginap di salah seorang temannya di Benteng House. Saking hobbynya nginep (bela-belain nyuap pak Toha, pengelolanya berupa voucher nginep di hotel Niagara Lawang). Padahal maksimal menginap cuma 2 hari dalam sebulan. Apasih yang membuat dia kerasan? Kita tengok fasilitas kamar oknum Benteng House itu. Ya…lumayanlah….ada komputer, kompor (berupa kaleng susu dengan bahan bakar paraffin plus sepiritus, dimana dengan kompor ini telah berjasa bagi Pungky, Rita dan teman-teman yang lain untuk merebus mie, buat kopi de el el), disediain handuk butut, sofa (berupa hamparan selimut lurik putih-hitam yang disebut sofa. Protes??? Tonjok!!!) , dan buku pedoman berperi laku, agar tidak tersesat (buku Tanya jawab agama). Dan yang penting…kosmetik terutama obat jerawat (ini yang sering habis!!!!). Tapi ngomong-ngomong tentang kosmetik, jangan kaget kalau Diediek ternyata model kedua Sari ayu setelah Larasati. Dia pengguna setia pembersih wajah dan Penyegar Kenanga. Padahal sebagai seorang model dia sanggup untuk membeli produk merek lain yang lebih mahal macam……Viva kosmetics.  Lihat saja hasilnya, muka lebih kinclong!!!!

     Tapi setelah ditelusuri tampaknya ada benang merah  dengan assumsi-assumsi yang melatar-belakanginya.DDK, Didiek, Buddy atau Pak Tua adalah nama-nama yang mempunyai kesan tersendiri bagi "Gerombolan si Berat" beralamat Lawang dengan  telepon ini ternyata punya segalanya. Lawang, biarpun kota kecil, tapi memiliki fasilitas yang lengkap: ada kolam pancingnya, ada kebun teh, ada wisma Erni dan Villa Yono, yang semua ini…..ada di dekat rumahnya (nyambung…..? blas..z..z..). Jadi pada masa kuliah dulu, manakala teman-teman sedang hang…dengan tugas mektek atau gambar atau habis quis, maka dengan suka cita dia mengundang teman-teman untuk melepas kepenatannya di Lawang. Terlebih lagi bila semua anggota keluarganya sedang keluar kota…maka dia akan berfoya-foya dengan…..masak bersama.

     Sebagai keluarga yang terpandang (Bapaknya pemain biola, macam Vanessa Mae) gossip-gosip murahan kadang-kadang menerpa kehidupannya. Suatu saat dia mencalonlan diri sebagai Lurah di desa Tutirejo eh Turirejo dengan tanda gambar pepaya dua….Dan cerita ini dibawa mantan pem red majalah STRUKTUR th 1996, Senot. Dengan ketokohannya, ditambah seorang korespondennya di Jakarta, Dewan, maka nama Diediek harum semerbak : ‘Pemuda Harapan Bangsa, dengan tekad baja membangun desa’….’ngga nyangka………………..Maka kalimat selanjutnya macam: penentuan nominasi putri terbaik atau nekad nyoba ngelamar teman sendiri untuk diposisikan menjadi Bu Kades, pun merebak. The fact, It was Just kidding!!!

     Tapi gossip terpanas sebetulnya terjadi sebelum itu, sampai akhirnya menjadi trend setter. Pada masa-masa akhir kuliah, banyak teman-teman kami sudah kebelet pingin kawin. Maka menikahlah salah seorang teman Diediek. Beliau yang selama ini dikenal adem-ayem dari segala urusan gossip pasangan hidup, tiba-tiba datang dengan seorang ……bidadari. Setelah didesak teman-temannya untuk jumpa pers…we lha!!! Ternyata cewek kontrakan !!!!!! Sejak saat itu teman-temannya mengikuti jejak dan langkah beliau. 

Dan semoga langkah-langkah kecil lain yang akan dia bentuk, sak bejad-bejade jaman akan menjadi panutan. Amien.