Kesan pertama begitu Cool….selanjutnya terserah anda….Itulah Diediek, lajang (saat tulisan ini dibuat…entah keadaan sebenarnya) yang lahir tanggal 7 Agustus ’71 ini. Kalau boleh jujur, sebenarnya jauh dari kesan tersebut. Lha waktu tulisan ini akan dibuat, beliau ini menyuap penulis dengan ayam goreng yang lumayan enak di stasiun Gambir, sambil berbisik ‘awas kalau aku tidak ditulis cool!!!!’. Apa daya…Sebenarnya penulis punya nurani yang tidak bisa dibohongi, tapi demi sepotong ayam goreng, bolehlah…
Budi Hartono. Begitu nama aslinya. Cowok
yang dilahirkan dengan gambar singa, sebetulnya
berperasaan yang sangat halus. Dia mudah berkaca-kaca, menghadapi semua
kasus yang dia hadapi. Saat kuliah, saat asistensi dosen, saat presentasi,
apalagi saat pernikahan kakaknya dia selalu berkaca-kaca. Tapi kalau ditelusuri
dari silsilah keluarganya….tidak salah lagi!!! Dia berasal dari keluarga yang
mudah terharu.
Bicara mengenai keluarga, ada point yang
menarik bagi kalangan cewek. Karena tokoh kita satu ini sangat mudah
dipengaruhi keluarganya, maka layak dipertimbangkan….Banyak event-event penting
bagi kawula muda pada umumnya, apalagi yang beraroma foya-foya, sering dia tolak
dengan alasan keluarga (kadang ngantar keponakannya ke sekolah atau menjemput
pembantunya de es te). Jadi wajar seandainya foya-foya ala kaum dhuafa macam
nonton, atau makan di kota, atau sekedar perayaan kecil menghilangkan sumpek,
sering tanpa kehadirannya. Tapi sebenarnya nuansa yang terbentuk…..’ngga ngefek!!!!
Bukti lain dia sangat dipengaruhi
keluarganya, berupa tempat tinggal. Saat awal kuliah dulu, dia mencoba mandiri
dengan kost di Jl MT Haryono. Tapi itu dalam hitungan hari. Setelah pikir
kanan-kiri, ‘ngga kuat deh untuk jauh dari rumah, kangen pembantunya….Akibatnya
dia kenal sopir-sopir angkot ADL. Tidak mustahil lagi kalau pas duit recehnya
kurang, maka dia akan turun angkot di depan Pasca Sarjana, bayar ke sopir trus
lari sekencang-kencangnya………takut ditarik lagi….
Tapi
saat akhir masa kuliahnya, manakala hasrat untuk mandiri datang kembali dan tak
terbendung lagi, nekadlah dia untuk nginap di salah seorang temannya di Benteng
House. Saking hobbynya nginep (bela-belain nyuap pak Toha, pengelolanya berupa
voucher nginep di hotel Niagara Lawang). Padahal maksimal menginap cuma 2 hari
dalam sebulan. Apasih yang membuat dia kerasan? Kita tengok fasilitas kamar
oknum Benteng House itu. Ya…lumayanlah….ada komputer, kompor (berupa kaleng
susu dengan bahan bakar paraffin plus sepiritus, dimana dengan kompor ini telah
berjasa bagi Pungky, Rita dan teman-teman yang lain untuk merebus mie, buat
kopi de el el), disediain handuk butut, sofa (berupa hamparan selimut lurik
putih-hitam yang disebut sofa. Protes??? Tonjok!!!) , dan buku pedoman berperi
laku, agar tidak tersesat (buku Tanya jawab agama). Dan yang penting…kosmetik
terutama obat jerawat (ini yang sering habis!!!!). Tapi ngomong-ngomong
tentang kosmetik, jangan kaget kalau Diediek ternyata model kedua Sari ayu
setelah Larasati. Dia pengguna setia pembersih wajah dan Penyegar Kenanga. Padahal
sebagai seorang model dia sanggup untuk membeli produk merek lain yang lebih
mahal macam……Viva kosmetics. Lihat saja
hasilnya, muka lebih kinclong!!!!
Tapi setelah ditelusuri tampaknya ada
benang merah dengan assumsi-assumsi yang
melatar-belakanginya.DDK, Didiek, Buddy atau Pak Tua adalah nama-nama yang mempunyai kesan tersendiri bagi "Gerombolan si Berat" beralamat Lawang
dengan telepon ini
ternyata punya segalanya. Lawang, biarpun kota kecil, tapi memiliki fasilitas
yang lengkap: ada kolam pancingnya, ada kebun teh, ada wisma Erni dan Villa
Yono, yang semua ini…..ada di dekat rumahnya (nyambung…..? blas..z..z..). Jadi
pada masa kuliah dulu, manakala teman-teman sedang hang…dengan tugas mektek
atau gambar atau habis quis, maka dengan suka cita dia mengundang teman-teman
untuk melepas kepenatannya di Lawang. Terlebih lagi bila semua anggota
keluarganya sedang keluar kota…maka dia akan berfoya-foya dengan…..masak
bersama.
Sebagai keluarga yang terpandang (Bapaknya
pemain biola, macam Vanessa Mae) gossip-gosip murahan kadang-kadang menerpa
kehidupannya. Suatu saat dia mencalonlan diri sebagai Lurah di desa Tutirejo eh
Turirejo dengan tanda gambar pepaya dua….Dan cerita ini dibawa mantan pem red
majalah STRUKTUR th 1996, Senot. Dengan ketokohannya, ditambah seorang
korespondennya di Jakarta, Dewan, maka nama Diediek harum semerbak : ‘Pemuda
Harapan Bangsa, dengan tekad baja membangun desa’….’ngga nyangka………………..Maka
kalimat selanjutnya macam: penentuan nominasi putri terbaik atau nekad nyoba
ngelamar teman sendiri untuk diposisikan menjadi Bu Kades, pun merebak. The
fact, It was Just kidding!!!
Tapi gossip terpanas sebetulnya terjadi
sebelum itu, sampai akhirnya menjadi trend setter. Pada masa-masa akhir kuliah,
banyak teman-teman kami sudah kebelet pingin kawin. Maka menikahlah salah
seorang teman Diediek. Beliau yang selama ini dikenal adem-ayem dari segala
urusan gossip pasangan hidup, tiba-tiba datang dengan seorang ……bidadari.
Setelah didesak teman-temannya untuk jumpa pers…we lha!!! Ternyata cewek
kontrakan !!!!!! Sejak saat itu teman-temannya mengikuti jejak dan langkah
beliau.
Dan
semoga langkah-langkah kecil lain yang akan dia bentuk, sak bejad-bejade jaman
akan menjadi panutan. Amien.